BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Glukosa, suatu gula monosakarida
adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga
bagi hewa dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis
dan awal bagi respirasi.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang
terdapat dimana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa,
dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa
dapat dibentuk dari formaldehida dalam keadaan abiotik sehingga mudah tersedia
bagi sistem biokimia primitif. Rendahnya glikosilasi ini dikarenakan
glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang relatif. Meski
begitu komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan
saraf periferal, kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
1.2 Tujuan
Penulisan
v Untuk
mengetahui pengertian dari pemeriksaan glukosa.
v Untuk
mengetahui jumlah normal urine dan jenis-jenis pemeriksaan urine.
v Untuk
mengetahui cara kerja dari pemeriksaan urine.
1.3 Rumusan
Masalah
Apa yang
dimaksud dengan pemeriksaan glukosa urine ?
Berapa
jumlah normal urine dan apa saja yang termasuk pemeriksaan urine ?
Bagaimana
cara kerja pemeriksaan glukosa urine ?
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat
penulisan ini adalah untuk menambah wawasan tentang pemeriksaan glukosa pada
urine. Manfaat yang lainnya yaitu agar bagi para pembaca dan kami sendiri
selaku penulis makalah ini untuk mengenal tentang glukosa urine.
1.5 Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam makalah ini adalah metode kepustakaan yaitu, metode dengan
mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dan web.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tes glukosa
urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya
glukosa pada urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam
urinalisis.
Glukosa
mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap
dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid
atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat
(basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa
memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton
bebas).
Glukosa
dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict
(terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
Reaksi
benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari
seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit
endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat
dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar
glukosa memberikan warna yang berlainan.
2.2 Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui gula-gula urine yang tereduksi.
2.3 Prinsip Pemeriksaan
Dalam suasana alkali kuat, gula-gula
(reduktor) akan mereduksi cupri menjadi Cuprohidroksida (CuOH) yang berwarna
kuning atau cupro oksida (CuO2) yang berwarna merah.
2.4 Metode Pemeriksaan
·
Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas
dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan 1arutan Fehling B. Larutan Fehling A
adalah larutan CuS04 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah
larutan garam K-Na-tartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan
terpisah baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat.
Dalam pereaksi ini ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 20.
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna
merah bata, sedangkan apabila digunakan yang lebih encer misalnya larutan
glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
·
Benedict
Pereaksi Benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat,
natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++
kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap
sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat
pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi
karbohidrat yang diperiksa.
2.5 Jumlah Urine
·
BayI :
30 - 500 ml
·
Anak ( 1-14
th ) : 500 – 1400 ml
·
Dewasa : 600 – 1600 ml
·
Anuria : ≤
100 ml
·
Oliguria : 100 –
600 ml
·
Poliuria : > 1600
ml
2.6 Cara
Kerja Pemeriksaan Glukosa Urine
Alat dan Bahan :
·
Gelas kimia
·
Tabung reaksi
·
Penjepit tabung
·
Pipet pasteur
·
Pipet ukur 1 dan 5 ml
·
Rak tabung
·
Bunsen
·
Reagen bennedict
·
Reagen fehling A
·
Reagen fehling B
·
Sampel urine
Cara kerja :
A. Fehling
1.
Siapkan satu tabung reaksi yang steril dan bebas lemak
2.
Pipet 1 ml fehling A, ditambahkan 1 ml fehling B
3.
Tambahkan setengah ml urine, lalu dihomogenkan
4.
Panaskan dipenangas bunsen
5.
Amati perubahan warna yang terbentuk
B. Bennedict
1.
Siapkan satu tabung reaksi yang steril dan bebas lemak
2.
Dimasukkan 8 tetes urine
3.
Tambahkan 5 ml reagen bennedict
4.
Panaskan dipenangas bunsen
5.
Amati perubahan warna pertama yang terbentuk
Interprestasi
hasil
Ø Fehling
Biru --
Hijau +
Ø Bennedict
Biru --
Hijau endapan kuning +
Kuning ++
Jingga +++
Merah bata endapan ++++
Perhatian : membaca hasil harus
segera setelah diangkat dan dikocok bila dibiarkan lebih lama hasilnya akan
lebih positif.
Contoh hasil pengujian :
Keterangan : glukosa dan fruktosa memiliki sifat
pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak
memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai pereduksi. Pada gambar
diatas sudah menunjukkan +4 karena berwarna merah bata.
2.7
Pembahasan
Kadar gula yang tinggi dibuang
melalui air seni, dengan demikian air seni penderita kencing manis yang
mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau dikerebuti semut, selanjutnya
orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, muda lelah, emas, mudah haus,
dan lapar sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan pada sampel urine untuk
mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pada pemeriksaan sangat dibutuhkan
pada ibu hamil, karena pada pemeriksaan ini kita dapat mengetahui resti pada
ibu hamil, yaitu DM. Pada hasil pemeriksaan yang mengandung Glukosa dan
fruktosa maka memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan
sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai
pereduksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar